Tidak Semua Utang Merugikan, Pastikan Jangan Memilih Sisi Mata Pedang Yang Salah


Andaikan Anda saat ini ingin membuka usaha. Setelah melakukan perhitungan, Anda mengestimasikan bahwa untuk memulai bisnis tersebut, modal yang diperlukan adalah Rp 150 juta sementara dana yang Anda miliki saat ini hanya Rp 100 juta. Bagaimana Anda dapat mewujudkan impian Anda untuk membuka bisnis tersebut? Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan berutang. Yah, memang ada cara lain yang bisa Anda pilih, misalnya mengajak rekan atau saudara untuk patungan. Tidak ada salahnya. Akan tetapi yang akan kita diskusikan di sini adalah mengenai utang.

Ketika kita memutuskan untuk berutang, suatu saat kita harus mengembalikannya dengan ditambah sejumlah bunga. Oleh karena itu kita harus memastikan bahwa cash flow dari bisnis kita mampu untuk membayar utang beserta bunganya.

Pada artikel-artikel sebelumnya, saya beberapa kali menyampaikan bahwa ketika memilih suatu saham sebaiknya yang utangnya tidak terlampau banyak.  Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko investasi kita. Saat krisis ekonomi melanda, mungkin tidur kita akan sedikit terganggu karena menyadari bahwa karena penurunan penjualan, ada kemungkinan perusahaan yang sahamnya kita miliki akan kesulitan membayar utangnya yang cukup besar sehingga ada kemungkinan bangkrut. Dari hari ke hari harga saham kita tersebut terus merosot karena para investor semakin pesimis dengan prospek bisnisnya.

Akan tetapi, saat kondisi ekonomi sedang cerah di mana konsumsi masyarakat meningkat pesat, perusahaan yang sebagian ekspansinya dibiayai dengan utang mungkin akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang sedikit berutang. Kewajiban membayar utang dengan mudah akan ditutupi oleh kenaikan pendapatan. Para pemegang saham akan tersenyum lebar karena dengan adanya utang tersebut, maka laba perusahaan semakin banyak mengalir ke kantong mereka.

Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang investor? Mana yang kita pilih, perusahaan dengan utang sedikit atau segunung?

Jawaban singkatnya: Utang akan bermanfaat apabila bisa memberikan imbal hasil yang setimpal.

Pada umumnya saya lebih memilih perusahaan yang memiliki sedikit utang. Akan tetapi pada kondisi tertentu saya dapat berkompromi namun tentu saja ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

Pertama-tama, pastikan bahwa imbal hasil usaha itu sebanding dengan besarnya total modal (ekuitas + utang). Ada sebuah rasio yang akan sangat membantu kita untuk melihat hal tersebut yaitu ROC (Return on Capital). Mungkin sebelumnya ada mengenal ROE (Return on Equity) yang memberikan kita informasi seberapa besar imbal hasil terhadap para pemegang saham. Sayangnya ROE ini sering membuat keputusan investasi kita bias apabila perusahaan tersebut memiliki utang yang besar (rasio debt to equity besar). Dengan DER yang tinggi, ROE akan semakin sensitif terhadap perubahan pendapatan. Sedikit saja pendapatan menurun akan membuat ROE yang pada tahun sebelumnya tinggi akan langsung merosot. Untuk menghindari hal tersebut, maka kita harus memastikan bahwa imbal hasil terhadap total modal cukup memadai. Yang dimaksud dengan total modal adalah ekuitas ditambah dengan utang. Untuk itu, rasio ROC akan sangat berguna.

ROC = EBIT (1 – tax rate) / (BV of equity + BV of debt – cash)

Mengapa yang digunakan EBIT? EBIT merupakan earnings perusahaan sebelum dikurangi oleh beban bunga. Beban bunga merupakan hak kreditur dan yang dianggap sebagai earnings. Untuk membuat perhitungan lebih akurat maka kita kurangkan pajaknya karena pajak bukan merupakan pendapatan bagi baik pemegang saham maupun pemberi utang. Kita juga menjadikan cash sebagai faktor pengurang modal.

Biasanya untuk mempermudah perhitungan, EBIT dapat digantikan oleh operating profit.

Sebagai contoh, mari kita menghitung ROC ASGR. DER ASGR relatif cukup tinggi (110%) sehingga kita harus memastikan bahwa utang tersebut adalah utang yang sehat. Angka-angka yang kita butuhkan untuk menghitung ROC ASGR adalah sbb:

Dengan demikian kita dapat menghitung ROC ASGR = 158,333(1 – 25.29%)/(515,497 + 466,983 – 211,075) = 15.34%

Dengan ROC sebesar 15.34%, kita dapat menyimpulkan bahwa DER ASGR yang relatif tinggi dapat diimbangi dengan imbal hasil yang sepadan. Untuk lebih meyakinkan, kita selidiki juga apakah ASGR tidak mengalami kesulitan dalam membayar bunga utangnya. Dari laporan keuangan, beban bunga ASGR adalah sebesar Rp 3,380  juta atau Rp 3,4 miliar. Jika kita membagi operating income dengan beban bunga (158,333 / 3,380), kita mendapatkan angka 46.84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ASGR tidak akan mengalami kesulitan membayar beban bunganya. Angka 46.84 disebut juga dengan net interest gearing.

Coba bandingkan dengan IPOL yang memiliki operating income sebesar Rp 105,109 juta dan beban bunga sebesar Rp 56,312 juta. Net interest gearing IPOL 1.87 atau dengan kata lain 54% operating income IPOL akan habis untuk membayar beban bunga. Tentu hal ini akan sangat berbahaya apabila revenue IPOL menurun. Sebagai informasi, DER IPOL adalah 502% dengan ROC sebesar 4.96%. Tampak bahwa IPOL utangnya akan menjadi sinyal bahaya bagi investor.

Perusahaan yang mampu mengontrol utangnya akan mampu untuk tumbuh lebih cepat dengan meminimalisasikan risiko. Walaupun terkadang kita dapat mentoleransi jumlah utang yang besar, saya cenderung menyukai perusahaan yang memanfaatkan sebagian keuntungannya untuk membayar utangnya sehingga paparan terhadap risiko semakin rendah.

Utang bagaikan pedang yang mempunyai dua sisi mata pedang. Pastikan bahwa saham Anda berada pada sisi mata pedang yang benar.

This entry was posted in Analisa Fundamental Saham (Bedah Bisnis), Strategi Investasi and tagged . Bookmark the permalink.

9 Responses to Tidak Semua Utang Merugikan, Pastikan Jangan Memilih Sisi Mata Pedang Yang Salah

  1. aneka says:

    Tax rate dapat angkanya di bagian mana di laporan keuangan ya ? Thanks

    Like

  2. Leo says:

    “Dengan ROC sebesar 15.34%, kita dapat menyimpulkan bahwa DER ASGR yang relatif tinggi dapat diimbangi dengan imbal hasil yang sepadan.”

    “Jika kita membagi operating income dengan beban bunga (158,333 / 3,380), kita mendapatkan angka 46.84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ASGR tidak akan mengalami kesulitan membayar beban bunganya. Angka 46.84 disebut juga dengan net interest gearing.”

    Pak Parahita, berapa presentase ROC dan nilai net interest gearing yang aman untuk melakukan investasi? Kemudian menurut Pak Parahita, apa ROI (Return on Investment) juga dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi?

    Terima kasih.

    Like

  3. Caroline says:

    Artikel yang sangat bagus, sy setuju sama bapak perusahaan ini dengan harga 670 (tutup market tanggal 14 maret 2011) masih under value, kita lihat saja laporan keuangan TW 1 2011 dengan posisi neraca FY 2010 maka ASGR sy perkirakan tidak mempunyai beban bunga ini dikarenakan hutang berbunganya nihil justru ASGR akan mendapatkan pendapatan bunga yang lebih besar dari TW 2 2010 dan sy harap dikarenakan ASGR sudah tidak mempunyai hutang bank lagi DPOR lebih besar dari 40% ini disebabkan tidak ada pihak luar yang mengatur besaran kebijakan devidenya dalam hal ini kreditor, siapa tahu DPOR bisa 90% lagi dan mudah-mudahan Lapkeu TW 1 2011 labanya naik lagi dibandingkan dengan TW 1 2010 ( sy harap dikisaran 40%-75%) kedua hal tersebut mungkin akan menjadi katalis saham ini ke harga wajarnya, kita tunggu saja di bulan april ini ( RUPS dan lakeu TW 1 2011 )

    Like

  4. badi says:

    dear p Parahita,
    Sy usulkan utk ROC, jika nilainya di atas required return 14.63% dari valution ratio sheet maka ok jika dibawahnya not ok.
    Untuk net interest gearing macamnya kita perlu tau juga cicilan pinjamannya tidak hanya bunganya…bisa dapat info dari mana yaa Pak..?
    Terima kasih.
    Salam

    Like

  5. parahita says:

    @badi
    Boleh pak Badi.
    Mengenai cicilan pinjaman kan bisa dilihat di item short term debt di bagian current liabilities.

    Like

  6. badi says:

    dear pak Parahita,

    terima kasih.

    salam ea

    Like

  7. Caroline says:

    Mohon maaf saya salah memprediksi kenaikan laba bersih ASGR TW 1 2011 dibndingkan dengan TW 1 2010, saya memprediksi akan ada kenaikan 40% – 75% tapi rupanya ASGR hanya naik 22,2%, Struktur kenaikan laba ASGR bagus ini disebabkan kenaikan labanya bersihnya disebabkan oleh kenaikan pendapatan sekitar 8% laba bruto naik sekitar 10%, laba usaha naik skitar 8.5% itu dari income statement dari balance sheet juga strukturnya semakin bagus Debt ( hutang berbunga ) menjadi tidak ada, Liabilties ( kewajiban ) turun, asets naik,ekuitas naik.hari ini ASGR menembus harga tertingginya satu tahun di 820. masih ada resisten berdasarkan historis harga di 1030 (tahun 2007). RUPS tanggal 28 april 2011

    Like

  8. parahita says:

    @Caroline
    Untuk memahami ASGR, harus paham business modelnya terlebih dahulu 🙂

    Like

  9. wellin says:

    Benar memang biasanya pada Tw 4 pendapatan ASGR naik , tapi saya mengira pendapatan TW 4 banyak disumbangkan oleh AGIT yang menyumbangkan 648 M pada tahun 2010 tapi hanya menyumbangkan 11 M untuk laba bersihnya, dan kalau dilihat TW 4 (murni ) 2009 dibandingakan dengan TW 1 2010 ada penurunan tapi kecil rupanya TW 4 (murni) 2010 dengan TW 1 2011 berbeda apa ini disebabkan karena AGIT banyak mendapatkan proyek dari pemerintah yang biasanya dilaksanakan pada akhir tahun ?. walau begitu naik 22% masih ok dan DPR 40% juga masih ok, yang mengenjutkan rencana capex sampai 200 M ini diluar kebiasaan ASGR yang umumnya hanya berkisar 80 M dan keyakinan managemen dengan menargetkan penjualan sampai 3 T pada tahun 2013 ( pertumbuhan double digit ), saya masih tahan ASGR dan AMFG

    Like

Sampaikan komentar Anda