Melakukan Valuasi dengan NNWC (Net Net Working Capital)


Pada artikel sebelumnya, saya pernah mendiskusikan mengenai cara menentukan harga wajar saham. Pada metode tersebut, penekanan terbesar ada pada prospek perusahaan ke depan dengan mengasumskikan bahwa perusahaan akan terus berkembang. Kali ini kita akan mencoba melakukan valuasi (atau lebih tepatnya screening) dengan memberikan penekanan pada liquidating value dan bukan prospek perusahaan.

Ide dasar dari metode ini adalah menghitung berapa besar nilai aset yang akan diperoleh pemegang saham setelah dikurangkan kewajiban-kewajibannya. Kita akan menggunakan nilai NNWC (Net Net Working Capital) yang dikemukakan oleh Benjamin Graham untuk melakukan valuasi. Formula NNWC adalah sebagai berikut:

Net Net Working Capital = Cash + Short Term Marketable Investments + Accounts Receivable * 75% + Inventory * 50% – Total Liabilities

Apa sebenarnya konsep dari formula tersebut?

  1. Aset yang diperhitungkan hanyalah current assets dan itupun hanya cash, marketable securities, account receivables dan inventory  yang memang cukup likuid.
  2. Account receivable hanya dinilai 75% dari yang tercatat di laporan keuangan karena adanya kemungkinan ada piutang yang tidak bisa ditagih.
  3. Inventory hanya dinilai 50% dari yang tercatat di laporan keuangan karena ada kemungkinan barang dagangan kadaluarsa ataupun ketinggalan zaman. Selain itu, ketika dilikuidasi ada kemungkinan inventory yang tersisa dijual dengan harga murah untuk mempercepat prosesnya.
  4. Aset-aset yang sangat likuid tersebut dikurangkan dengan seluruh kewajiban (total liabilities).

Graham mencoba bersikap sekonservatif mungkin dengan tidak menyertakan fixed assets seperti gedung, mesin dan kendaraan. Dengan demikian jika ada suatu perusahaan dijual di bawah nilai NNWC nya, sangat besar kemungkinan kita mendapatkan harga yang sangat murah.

Perlu diingat bahwa umumya perusahaan yang dijual di bawah NNWC nya jumlahnya hanya dapat dihitung dengan jari tangan.  Apa penyebabnya? Pertama, mencari saham dengan NNWC positif sangat susah. Yang kedua, kita harus mencari perusahaan dengan NNWC per lembar yang cukup besar sehingga dapat melampaui harga sahamnya.

Setelah mencari-cari, sampai saat ini saya hanya menemukan dua perusahaan yang sahamnya dijual di bawah NNWC per lembar saham, yaitu INCI dan LPLI.

Terlihat bahwa setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya, harga sahamnya masih diperdagangkan jauh di bawah NNWC nya. Apabila kinerja perusahaan ke depan buruk pun, nilai asetnya masih berpotensi untuk memberikan keuntungan.

Disclaimer is on.

This entry was posted in Stock Picking Strategies, Valuasi and tagged , . Bookmark the permalink.

11 Responses to Melakukan Valuasi dengan NNWC (Net Net Working Capital)

  1. davisukses says:

    Pak Parahita, bagaimana Bapak bisa menemukan kedua saham itu sedangkan ada sekitar 400 saham di pasar. Apakah Bapak mulai dari huruf A ? Atau adakah cara screening tertentu sehingga kandidat kita lebih berpotensi memenuhi syarat ?

    Like

  2. AnalisNubi says:

    Sangat kurang setuju sih sama ini punya metode. Saya pernah meniliti bahwa CA yang besar malah berpengaruh negatif terhadap harga saham terutama saham perusahaan tambang. kenapa ?

    Like

  3. parahita says:

    Dasar pemikiran dari valuasi ini adalah mencari perusahaan yang mampu utk membayar kewajibannya dgn CA. CA pun tidak dinilai penuh. Perusahaan dgn CA besar pun blm tentu NNWC positif. Mungkin bisa coba cari emiten dgn NNWC positif, bukan hanya CA nya. Untuk tambahan, base dari valuasi ini adalah liquidation value dan going concern. Anyway, metode ini hanyalah alternatif. Masih banyak metode lain yg bisa digunakan.

    Like

  4. parahita says:

    Maksudnya liquidation value dan bukan going concern

    Like

  5. AnalisNubi says:

    Berdasarkan pengalaman saya di Bank, Lukuiditas lebih ke arah risk dan bertolak belakang dengan return. klu kita view-nya sebagai equity analyst maka semakin tinggi likuiditas itu malah negatif. kecuali kalau saya seorang credit analyst. *cuma mau kasih sumbangan pandangan*

    Like

  6. parahita says:

    Likuiditas lebih ke arah risk itu maksudnya bagaimana ya? Yang saya tahu memang ada namanya liquidity risk dan itu salah satu cara memeriksanya dgn lihat current rasio. Tapi saya blm pernah tahu kalau semakin liquid semakin berisiko.

    Like

  7. AnalisNubi says:

    Maksud saya likuiditas lebih ke arah antisipasi resiko. di perbankan resiko yang paling ditakuti adalah resiko likuiditas. oleh karena itu semakin banyak asset liquid-nya maka semakin kecil resikonya.

    akan tetapi hal ini akan berdampak negatif terhadap profit bank. makanya akan berdampak negatif terhadap nilai saham karena profit akan turun.

    Like

  8. parahita says:

    Karena di bank likuiditas adalah utang.

    Like

  9. AnalisNubi says:

    Utang ? Maksudnya Dana pihak ketiga ? Dana pihak ketiga itu masuk ke passiva. maksud saya Current asset bank.

    Like

  10. parahita says:

    Sepertinya diskusinya sudah melebar ke mana-mana.

    NNWC ini adalah selisih antara CA (dinilai dengan pesimis) dikurangi dengan seluruh kewajiban. NNWC adalah asset based valuation. Jadi apabila ada perusahaan dengan NNWC lebih tinggi daripada harga sahamnya, jika kita membeli keseluruhan perusahaan dan kita likuidasi, hampir pasti untung karena seluruh kewajiban bisa dicover oleh CA saja. Itu belum memasukkan fixed assets dalam perhitungan.

    Jadinya, tidak bisa CA tinggi saja dijadikan pegangan bahwa suatu perusahaan tidak bagus.

    Bagi seorang value investor, bagus tidaknya perusahaan itu relatif. Jika memang perusahaan biasa-biasa namun dihargai dengan kelewat murah tetap saja menarik. Sebaliknya, perusahaan yang sangat bagus bisa tidak terlihat menarik jika harganya kemahalan.

    Jadi, di mana kita menempatkan diri kita? Apakah hanya analyst ataukah juga sebagai investor?

    Like

  11. Pingback: Bedah Buku: Value Investing from Graham to Buffett and Beyond | Pojok Ide Investasi

Sampaikan komentar Anda