Versi eBook buku-buku saya sudah rilis

Setelah sekian lama, saya akhirnya memutuskan untuk merilis versi eBook dari buku-buku saya, yaitu:

  • Ketika Investor Saham Membaca Laporan Keuangan
  • Investasi Saham dalam Ilustrasi
  • Street Investing
  • The Fundamental Puzzle
  • Behind Investing Ideas
  • Investing Ideas
https://www.tokopedia.com/rempoashophttps://www.tokopedia.com/rempoashop

Sebagai catatan, Investing Ideas adalah versi awal dari Street Investing.

Buku-bukunya bisa didapatkan di Rempoashop di Tokopedia.

Semoga bermanfaat ya 🙂

Posted in Buku Yang Saya Baca, Investasi | Tagged , , , , , , , , | 1 Comment

Saham seperti apa yang menarik perhatian saya?

Mendapatkan ide tentang suatu saham itu terkadang tidak mudah. Namun jika sudah terbiasa, kita bisa membuatnya lebih sistematis sehingga akan bisa cepat menangkap sebuah peluang. Ada beberapa ciri-ciri yang menjadi patokan awal saya untuk mencari saham-saham yang potensial.

Apa saja itu?

  1. Saham bagus yang sedang dijual murah
    Bisnis sudah teruji lama, namun sekarang sedang dijual murah (yang biasanya jarang terjadi). Biasanya saya sudah paham bisnisnya seperti apa.

Hints:
ROE rata-rata tinggi
DER kecil
Rajin bagi dividen
PER dan PBV di bawah rata-rata historis (< -1 SD)

Note: Bedakan antara murah dan murahan.

  1. Kas yang melimpah
    Bisnis yang bagus akan terus menghasilkan cash flow hingga cash akan terus menumpuk, terlebih jika operating cash flow lebih besar daripada kebutuhan untuk ekspansi.

Hints:
Cash > liabilitas (net cash)
Lebih menarik lagi jika cash > market cap + debt
Rajin bagi dividen

Note: cash adalah hasil operasional & bukan hasil dari aksi korporasi seperti IPO, rights issue, atau penambahan utang.

  1. Ada potensi turnaround
    Saham yang dulunya jelek namun mulai menunjukkan perbaikan.

Hints:
Laba bersih dan OCF (ttm) mulai meningkat walaupun mungkin masih negatif.
Masalah utang mulai teratasi
Mungkin ada pergantian manajemen

Note: Sangat mungkin saham seperti ini sedang dijauhi oleh pasar. Artinya, kita harus bisa berpikir secara independen.

  1. Bisnisnya tumbuh dengan cepat
    Ditandai dengan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang tinggi.

Hints:
CAGR laba bersih 3 thn > CAGR laba bersih 5 thn
Laba bersih tumbuh > pertumbuhan ekonomi (gunakan data historis 3-5 tahun ke belakang)
Bonus jika perusahaan belum terlalu besar (ada potensi untuk terus tumbuh)

Note: Pastikan bahwa secara riil kita melihat ada demand tinggi terhadap produknya.

  1. Berpotensi untuk menjadi besar bisnisnya
    Saham seperti ini agak jarang ditemui dan jika ada, kita harus memantau perkembangannya dari waktu ke waktu.

Hints:
Biasanya belum bisa dicover oleh institusi karena ukurannya masih terlalu kecil.
Ada demand yang sangat tinggi terhadap produk-produknya.
Progress terlihat jelas dari waktu ke waktu

Note: Potensi bisnisnya gagal cukup besar. Saya biasanya hanya titip sandal dulu. Saya akan menambah posisi jika bisnisnya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan harapan.

Jelas kita harus mau membaca laporan keuangan jika ingin menemukan saham-saham potensial dengan cara-cara tersebut.

Screener saham akan sangat membantu untuk mempersingkat waktu pencarian.

Posted in Stock Picking Strategies | Tagged , , , , , , , | Leave a comment

Apakah manajemen mampu mengalokasikan modal dengan baik? Mari kita uji dengan Buffett’s $1 Test

Perusahaan biasanya akan menahan sebagian laba bersihnya untuk mengembangkan bisnisnya. Inilah yang disebut dengan laba ditahan. Tentu saja perusahaan harus memiliki alasan yang kuat mengapa laba tersebut tidak dibagikan sebagai dividen. Laba yang ditahan tersebut harus bisa menguntungkan bagi investor.

Kemampuan manajemen untuk mengalokasikan modal (terutama yang bersumber dari laba ditahan) sangatlah penting untuk kita analisis. Jika manajemen tidak mampu untuk melakukannya, akan lebih baik laba tersebut tidak ditahan dan dibagikan sebagai dividen saja sehingga investor akan bisa mengalokasikannya ke tempat-tempat yang lebih menguntungkan baginya.

Lalu bagaimana cara kita mengetahui apakah modal telah dialokasikan dengan baik?

Pada Berkshire Letter to Shareholder tahun 1984, Warren Buffett menunjukkan caranya.

“Laba seharusnya hanya ditahan jika ada prospek yang masuk akal (dengan didukung oleh bukti historis atau analisis yang tepat dan mendalam terhadap masa depannya) bahwa setiap $1 yang ditahan setidaknya akan menghasilkan kenaikan $1 nilai pasarnya.

Hal tersebut hanya akan terjadi jika laba yang ditahan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada instrumen investasi lain.”

–Warren Buffett, BLS 1984 –

Sebagai contoh BBCA…

EPS BBCA naik dari 210 pada tahun 2018 menjadi 395 pada tahun 2023.
Pada kurun waktu tersebut, ada sebesar 709 /saham laba yang ditahan (tidak dibagikan menjadi dividen) –> 2018: 1.100 , 2023: 1.809

Apakah laba ditahan tersebut memberikan nilai tambah bagi investornya?

Untuk mengetahuinya, mari kita hitung RORE (Return on Retained Earnings) BBCA:

RORE = (Laba bersih(t+5) – Laba bersih(t))/(Laba ditahan(t+5) – Laba ditahan(t)) = (395 – 210) / (1.809 – 1.100) = 26,1%

Apa yang perlu kita pikirkan tentang hasil tersebut?

Jika seandainya laba ditahan tersebut dibagikan sebagai dividen, apakah kita bisa mendapatkan imbal hasil sebesar 26,1% tersebut dari tempat lain?

Jika sulit, maka laba yang ditahan tersebut memberikan nilai tambah bagi kita.

Selanjutnya, kita perlu mengetahui apakah setiap rupiah laba yang ditahan akan memberikan kenaikan harga yang sebanding?

Kenaikan laba ditahan –> 709/saham
Kenaikan harga saham –> 4.200 (2018: 5.200, 2023: 9.400

Artinya, setiap Rp 1 laba ditahan akan menghasilkan kenaikan harga saham Rp 5,9 (4.200/709).

Karena nilainya > 1, laba yang ditahan memberikan imbal hasil yang bagus bagi investornya.

Buffett’s $1 Test adalah cara yang cukup baik untuk dapat kita gunakan untuk mengetahui apakah manajemen selama ini telah mengalokasikan modal dengan baik atau tidak.

Dengan kata lain, tes ini adalah versi Buffett tentang cost of capital.

Tes ini sangat penting karena suatu perusahaan bisa saja tumbuh labanya namun untuk itu harus mengeluarkan modal yang besar sehingga malahan akan mengurangi value perusahaannya.

Growth hanya akan berarti jika bisa menambah value perusahaan.

Yang perlu diingat, analisis ini hanya melibatkan data masa lalu dan tidak menjamin apakah di masa depan akan seperti itu.

Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham.

Posted in Analisa Fundamental Saham (Bermain dengan Angka), Strategi Investasi | Tagged , , , , | Leave a comment

5 Faktor Yang Bisa Membuat Kita Salah Memilih Saham

Komentar yang terkadang muncul:

“Saham ini bagus tapi kok harganya jalan di tempat? Gak guna analisis fundamental. Gak kasih cuan!”

Pernah juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan return yang memuaskan dari investasi saham? Saya mencoba share beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya.

  1. Terlalu terburu-buru membeli. Baru cek sekilas terlihat bagus, langsung memutuskan untuk membeli. Padahal hal terpenting yang harus kita ketahui adalah red flag dari suatu saham. Dan itu tidak bisa kita ketahui dengan baca LK secara sekilas. All in tanpa tahu red flag nya bisa menjadi bencana.
  2. Tidak menyadari bahwa kondisi telah berubah. Memang benar pada saat kita beli, bisnisnya sedang bagus dan sahamnya memberikan keuntungan besar. Namun sejalan dengan waktu kondisi bisa berubah sehingga bisnisnya tidak sebagus sebelumnya. Di sinilah ‘loyalitas’ pada suatu saham bisa menjadi masalah.
  3. Terjebak dengan harga yang terlihat murah. Ketika bisnis sedang berada di puncak, harga saham bisa terlihat murah karena tingginya EPS. Padahal kita perlu melihat apakah harga saat ini masih terlihat murah jika bisnisnya dalam kondisi normal. Bisa jadi dari sudut pandang itu, harga sekarang sudah mahal.
  4. Menjadi kontrarian tanpa timeframe yang jelas. Pada dasarnya, seorang value investor adalah seorang kontrarian. Namun seorang kontrarian belum tentu adalah seorang value investor. Jangan mengharapkan saham yang sudah bertahun-tahun dijual murah tiba-tiba naik dalam seminggu saja. Kecuali jika memang kita memiliki alasan yang kuat untuk itu.
  5. Yang bagus bagi pelanggan belum tentu baik juga bagi investornya. Jika produk/layanannya yang bagus, jangan terburu-buru membeli sahamnya. Selalu dalami kinerja keuangannya. Bisa jadi untuk memberikan layanan yang bagus, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar.

Masa depan suatu perusahaan akan selalu abu-abu. Selalu ada hal yang akan bisa menjadi ganjalan. Kita tidak akan pernah bisa mendapatkan 100% kepastian tentang itu. Oleh karenanya, kemampuan kita dalam mengambil keputusan tanpa informasi yang sepenuhnya lengkap menjadi sangat penting.

Posted in Strategi Investasi | Tagged , , , | Leave a comment

Seandainya memulai investasi dari awal lagi, apa yang akan saya ubah?

Tahun ini genap 20 tahun saya sejak mulai berinvestasi saham. Saya memulainya ketika masih menjadi seorang karyawan. Dengan waktu yang terbatas untuk membuka usaha, investasi saham untuk persiapan pensiun merupakan pilihan yang masuk akal bagi saya.

Begitulah saya memulainya.

Dua puluh tahun yang memberikan berbagai macam pengalaman, baik itu manis, pahit, asem, asin. Dan setelah sekian lama, sempat terpikir apa yang akan saya lakukan jika seandainya memulai investasi saham dari awal lagi?

Hal apa saja yang akan saya lakukan secara berbeda?

  1. Mencari guru yang yang benar

Saya belajar saham secara otodidak. Dan itu bukan hal yang mudah.

Mengapa?

Informasi tentang investasi saham tidak terlalu banyak saat itu sehingga membutuhkan trial and error saat memulainya.

Jika mulai lagi dari awal, sepertinya saya akan mencari guru untuk belajar. Setidaknya ada tempat bertanya ketika portfolio sedang merah membara, hahaha.

  1. Lebih fokus dalam menggunakan strategi investasi

Menggabungkan berbagai macam strategi investasi terasa seperti getting the best of many worlds saat itu. Saya mempelajari dan menggunakan analisis fundamental, teknikal, bandarmologi dan lain-lain.

Kenyataannya tidak seindah itu. Saya malah jadi bingung sendiri.

Dan itu yang akan saya ubah jika mulai kembali. Saya akan mencoba untuk lebih fokus.

  1. Lebih disiplin untuk top-up

Saya biasanya berusaha menyisihkan sebagian gaji atau bonus untuk top-up investasi saya, namun jujur saja terkadang memang kurang disiplin.

Belakangan baru terasa, bahwa walaupun saat itu tidak terasa besar, namun seiring dengan waktu, top up rutin akan memberikan perubahan yang signifikan.

Sudah jelas apa yang akan saya ubah.

Mungkin jika bisa dirangkum sekilas, perjalanan investasi saya selama 20 tahun itu seperti berikut:

Usia 25 tahun: “Buat apa investasi saham kalau tidak bisa terus-terusan cuan gede?”
Usia 30 tahun: “Apa perlu menambah jumlah saham ya biar lebih aman?”
Usia 35 tahun: “Ada yang turun dalam tapi lebih banyak yang naik tajam…gassss!!!”
Usia 40 tahun: “Gimana caranya gak bikin kesalahan fatal?”
Usia 45 tahun: “Return secukupnya aja, yang penting risiko bisa ditekan serendah mungkin.”

Waktu memang tidak bisa berulang. Apapun yang saya alami telah membentuk saya seperti sekarang ini. Namun setidaknya, semoga kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan tidak terjadi pada teman-teman semua.

Semoga kita semua bisa menjadi investor yang lebih baik.

Posted in Basic Investing, Dongeng Investasi, Strategi Investasi | Tagged , , , , , , , , | Leave a comment

5 Case Kebodohan Investasi Saya

Saya berinvestasi selama hampir 20 tahun. Berapa banyak kesalahan yang telah saya lakukan?

Banyak, sangat banyak.

Apa saja contohnya?


1. Ketika saya all-in di 1 saham – INCO Case (2007)

Booming harga metal pada tahun 2007 membuat saya all-in di saham INCO. Rasanya seperti menaiki roller coaster. Beruntung saya masih bisa menjualnya sebelum mulai jatuh dalam pada akhir tahun.

Pelajaran: Diversifikasi itu penting. Tidak ada yang tahu bisa jadi sebodoh apa kita.


2. 7-Eleven yang gagal take-off – MDRN Case (2013)

Potensi turnaround MDRN yang sebelumnya core business-nya adalah fotografi.

Ekspansi gerai yang terlalu cepat tanpa diiringi kekuatan finansial internal membuat 7-Eleven harus terhenti langkahnya.

Pelajaran: Jangan hanya melihat story. Selalu pantau angka dalam LK.


3. Impulsif terhadap pergerakan harian – ASII Case (2008) $ASII

Harga saham ASII yang jatuh 19% dalam sehari menyebabkan saya secara impulsif menjualnya .

The aftermath: Harga ASII yang sempat jatuh ke 2.140 kembali lagi ke harga opening 2.650.

Dan saya sudah menjual di harga yang rendah.

Pelajaran: Sikap impulsif akan sangat berbahaya saat berinvestasi.


4. Trees won’t go to the sky – ACES Case (2013) $ACES

Saat itu, ACES adalah fast grower dengan kondisi keuangan sangat baik.

Harga terus naik dan saya lupa mengecek harganya yang telah mencapai PER 40x.

Harga saham setelahnya tidak bisa mencapai new high sampai dengan tahun 2017.

Pelajaran: Saham bagus dengan harga sangat mahal akan menurunkan potensi return kita.


5. Tidak berani berinvestasi dengan porsi besar – KLBF Case (2008) $KLBF

Krisis global 2008 yang membuat IHSG turun 60,7% benar-benar menguji mental investor.

KLBF yang kinerjanya baik-baik saja dijual sangat murah dengan PER hanya 5x.

Dan saya hanya berani membeli dalam jumlah sedikit. Sebuah opportunity loss yang besar.

Pelajaran: Mengesampingkan faktor emosi adalah skill yang harus dimiliki oleh investor.


“Kita belajar dari kesalahan.
Ketika menoleh ke belakang, kehidupan saya bagaikan rangkaian kesalahan yang tidak ada habisnya.”

– Adam Smith, “ The Money Game” –

Posted in Dongeng Investasi, Strategi Investasi | Tagged , , , | Leave a comment