Pentingnya Growth Predictability


Street_Investing

Ketika kita melakukan valuasi, salah satu inputnya adalah growth. Kita mengasumsikan bahwa dari tahun ke tahun perusahaan akan tumbuh dengan kecepatan yang konstan dalam jangka panjang. Tentu saja hal ini hampir tidak pernah terjadi. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan labanya  tidak semulus seperti yang diasumsikan.

Kestabilan pertumbuhan laba akan mempengaruhi akurasi valuasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan ilustrasi berikut:

Katakanlah terdapat dua perusahaan A dan B. Laba bersih kedua perusahaan tersebut selama 10 tahun terakhir terlihat pada tabel di atas. Jika hanya melihat tahun pertama dan terakhir, perusahaan tersebut tampak serupa dengan laba bersih pada tahun 2002 sebesar 1,000 dan laba bersih pada tahun 2011 sebesar 4,000. Tanpa memperhatikan bagaimana kestabilan pertumbuhan labanya selama 10 tahun terakhir, ada kemungkinan kita akan salah dalam menyimpulkan tingkat pertumbuhan labanya.

Selama 10 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan laba per tahun yang diwakili oleh CAGR  kedua perusahaan adalah sama, yaitu sebesar 16.65%. Perbedaan yang mencolok adalah kestabilan pertumbuhannya yang saya sebut growth predictability. Perusahaan A memiliki growth predictability sebesar 98.75% sementara perusahaan B hanya 54.39%. Tanpa memperhatikan growth predictability, kita akan berasumsi bahwa pertumbuhan perusahaan adalah sebesar 16.65% per tahun.

Kesimpulan yang keliru tersebut akan berpotensi menyebabkan kita melakukan kesalahan valuasi. Mengapa begitu?

Jika kita hanya melihat data 5 tahun terakhir, perusahaan A memiliki CAGR 13.62% dan growth predictability sebesar 98.41%. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan apabila kita menggunakan data selama 10 tahun terakhir.

Bagaimana dengan perusahaan B?

Selama 5 tahun terakhir, CAGR perusahaan B adalah sebesar 49.53%. Nilai ini jauh berbeda dari perhitungan kita jika menggunakan data 10 tahun. Sementara itu, growth predictability perusahaan B naik drastis menjadi 80.57%. Jika kita melakukan valuasi terhadap perusahaan B dengan hanya menggunakan data 5 tahun terakhir, kemungkinan besar kita akan memiliki kesimpulan bahwa pertumbuhan labanya adalah 49.53% dan bukan 16.65%.

Masih yakinkah kita dengan hasil valuasinya?

Secara grafis, pertumbuhan laba kedua perusahaan dari tahun ke tahun akan tampak seperti ini:

Terlihat bahwa perusahaan A sangat stabil pertumbuhan labanya. Sementara itu pertumbuhan perusahaan B terlihat sangat fluktuatif. Secara kasat mata kita bisa melihat bahwa jika starting point untuk menentukan tingkat pertumbuhan laba bersih adalah tahun 2007, maka besar kemungkinan kita akan membuat kesalahan ketika melakukan valuasi terhadap perusahaan B.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, yang bisa kita lakukan adalah mencari perusahaan yang labanya tumbuh mendekati konstan. Apakah ada perusahaan seperti itu? Ada.

Beberapa waktu yang lalu saya menulis artikel tentang super companies, yaitu perusahaan yang secara konstan naik terus labanya selama 10 tahun terakhir. Pada artikel tersebut saya tidak menyertakan tingkat pertumbuhan serta predictability-nya. Untuk itu, mari kita perhatikan tabel berikut:

Anda dapat menentukan sendiri, perusahaan mana yang pertumbuhan labanya ke depan akan lebih mudah diprediksi. Sebagai patokan, sebaiknya growth predictability lebih besar dari 90%.

This entry was posted in Strategi Investasi, Valuasi and tagged , . Bookmark the permalink.

24 Responses to Pentingnya Growth Predictability

  1. Marciano says:

    artikel yg bagus. cara hitung growth predictability nya gimana bro?

    Like

  2. Jimmy says:

    Standar deviation maksudnya gimana pak?
    yg lebih bagus yang lebih besar atau lebih kecil?

    Thanks

    Like

  3. bimzy says:

    bagus banget artikelnya nih.. kalo saya prefer growth yang ga begitu besar dengan predictability diatas 90%..

    thanks pak..

    Like

  4. Davi Sukses says:

    Pak Parahita, cara hitung growth predictability di Excel gimana, pake fungsi apa ? Trus, standar deviasi makin rendah atau tinggi yang bagus ?

    Like

  5. parahita says:

    @Marciano & @Davi Sukses
    Saya menghitung dengan fungsi LOGEST di excel. Jangan lupa pake fungsi INDEX utk mengeluarkan parameternya.

    Like

  6. parahita says:

    @Jimmy
    Standard deviasi adl simpangan terhadap rata2. Semakin besar semakin tidak stabil.

    Like

  7. Pingback: Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham? | Pojok Ide Investasi

  8. Pingback: Menentukan Harga Wajar Saham dengan P/E Absolut | Pojok Ide Investasi

  9. Kara says:

    Pak Parahita, kenapa menggunakan Net Earning dan bukannya Operation Earning ? Karena di Net Earning terkadang ada tambahan dari hasil penjualan asset tetap. Mohon masukannya pak, terima kasih.

    Like

  10. parahita says:

    @Kara
    Karena yg menjadi hak pemegang saham adalah laba bersihnya. Kalau operating profit masih ada kreditur dalam bentuk bunga.

    Like

  11. steve says:

    Buk mohon pencerahan nya soal ricy ! Ada yg binun owe… Soal nya masi neubie Spoiler for Keuangan RICY 2006-2011:
    http://i.imgur.com/dmq5i.jpg Dari 2004 sampai tahun 2007 (4 tahun) laba bersih RICY rata2 rp 60 / saham. Tahun 2008 dibikin rugi setelah dia bagi deviden. Padahal penjualan tahun 2004 baru 222 milyar tapi laba bersih sudah mencapai rp 60, sekarang penjualan 600 milyar lebih masa EPS cuma rp 20?
    Saya curiga ada sesuatu yg tidak dilaporkan dalam laporan keuangan karena dari tahun 2010 ke 2011 ada penambahan karyawan lebih dari 1200 orang, dan laba bersih masih bisa mencapai +/- rp 20. Apalagi setahu saya RICY membangun anak usaha baru yaitu Ricky Shunei Garmindo, Ricky Tanaka Shisyu, Ricky Tekstil Indonesia di tahun 2011. Di Tahun 2012 ada bangun lagi anak usaha baru yaitu PT. Ricky Garment Exportindo. Sebagai market leadar celana dalam apakah Laba Usaha tidak terlalu kecil?
    Apalagi semua perusahaan2 yang disebutkan di atas tidak ada dicantumkan dalam laporan keuangan tahun 2011, tapi jumlah karyawan bisa bertambah 1200 orang. Hitung aja gaji 1.2 juta x 1200 x 12 bulan paling tidak 17.3 milyar
    Total Karyawan tahun 2011 adalah 5857 orang.
    Anggap saja Gaji UMR 1.2 juta oke?
    1.2 juta x 5857 x 12 bulan = 84.34 milyar
    Laba Bersih yg dilapor dalam laporan keuangan cuma 12.2 milyar ? Masuk akal?
    Tambahan :
    Pada tahun 2005, Perusahaan membeli pabrik pemintalan benang yang terletak di Bandung
    seluas 60.170 M2, 60.000 spindle dengan kapasitas produksi sebesar 36.000 bale per tahun.
    Pembelian pabrik tersebut dengan menggunakan dana hasil Penawaran Umum Obligasi Syariah
    I Ricky Putra Globalindo tahun 2005.
    Pembayaran cicilan fee ijarah pertama
    telah dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2005, sedangkan pembayaran cicilan fee ijarah terakhir dan
    pembayaran sisa fee ijarah telah dilakukan pada saat pelunasan yaitu tanggal 12 Juli 2010.
    Artinya RICY Sudah lunasi obligasi seluruhnya dari hasil usaha untuk pembelian pabrik pemintalan benang di Bandung.

    Mohon pencerahan nya

    Like

  12. parahita says:

    @steve
    Coba cek neraca dan biaya2 di laporan laba rugi.

    Like

  13. wnurdin says:

    Bagus sekali artikel ini. Sangat berguna

    Like

  14. Rena says:

    Pak parahita….untuk menghitung growth predictability menggunakan rumus logest + index gimana y?boleh minta rumusnya 🙂

    Like

  15. Davi Sukses says:

    Pak Parahita, saya coba di Excel yg kolom AKRA, tetap gak dapet yang logest & index, dan standar deviasi. Bole minta rumusnya please? Thanksssss…….

    Like

  16. Hendra says:

    pak, untuk mencari St.Deviasi’y apakah menggunakan fungsi =STDEV(earning perusahaan)?? ataukah menggunakan fungsi lain?

    Like

  17. parahita says:

    @Rena & Davi Sukses
    Coba cek di spreadsheet yang bisa diunduh di blog ini

    @Hendra
    Ya, pakai STDEV

    Like

  18. Ossy says:

    pak saya ingin bertanya 2 pertanyaan ,
    pertama, apakah pertumbuhan yang dibahas disini sama dengan variabel pertumbuhan perusahaan?
    kedua apakah dalam mengukur pertumbuhan perusahaan dapat menggunakan variabel laba bersih?
    terima kasih pak

    Like

  19. parahita says:

    @Ossy
    yang dimakud adalah pertumbuhan laba

    Like

  20. Pujo Pambudi says:

    Pak, mau tanya. Untuk rumus menghitung earning predictability pada excel kan dpt menggunakan kombinasi fungsi INDEX dan LOGEST sehingga dalam perhitungan bpk tertulis =INDEX(LOGEST(C3:C12;B3:B12;;TRUE);3). Pertanyaan sy, angka 3 yg di akhir itu mengacu pada apa ya? Maklum msh newbie ni. Thx a lot ya, pak. 🙂

    Like

  21. Pujo Pambudi says:

    Tanya lagi, pak. Hehe..Utk perhitungan standar deviasinya itu kan dalam bentuk persen ya, cara mendapatkannya bagaimana? Terus, dalam spreadsheet v1.2 ada item earning growth consistency itu maksudnya apa ya?, Terima kasih.

    Like

  22. Pingback: Menentukan Harga Wajar Saham dengan P/E Absolut | titotara

  23. Naz says:

    kurva yang berwarna merah di Company A dan B itu data kurva mana ya ?

    Like

  24. rudi antoro says:

    bagaimana menentukan proyeksi pertumbuhan dan bagaimana caranya juga kita menetukan terminal valuenya, trima kasih pak parahita.

    Like

Sampaikan komentar Anda