Main Saham? Main? Jangan lah, ini serius


Main saham itu sudah menjadi ungkapan umum ketika seseorang berinvestasi saham. Walaupun hanya ungkapan, namun kerap kali kita juga menjadi terpengaruh dan menganggap berdagang saham itu seperti permainan. Kenyataannya, uang yang kita masukkan dalam ‘permainan’ ini adalah uang sebenarnya, uang yang kita peroleh dengan susah payah.

Jika kita akan membeli rumah, kita tentu akan mempertimbangkan baik-baik sebelumnya. Lokasi rumah yang akan kita beli harus strategis dan memiliki lingkungan yang baik. Apabila masih belum yakin, kita bisa mendatangi bagian Tata Kota dan menanyakan apa rencana ke depannya di lokasi tersebut. Akanlah sangat menguntungkan jika ke depannya rumah yang akan kita beli berdekatan dengan jalan tol sehingga harganya akan meningkat pesat. Dari segi pendanaan tentu kita juga melakukan perhitungan dengan matang. Berapa harga rumah yang mampu kita beli. Berapa yang harus kita cicil setiap bulannya. Keputusan untuk membeli rumah bisa memakan waktu berbulan-bulan dan mungkin dengan diskusi yang panjang dengan istri 🙂

Mengapa kita sangat serius ketika akan membeli rumah? Jawabannya adalah kita seperti sedang mempertaruhkan ‘uang’ yang kita dapatkan dengan susah payah. Kita tidak ingin uang kita menguap begitu saja ketika rumah yang telah kita beli ternyata tidak sesuai dengan harapan.

Belakangan ini, banyak sekali kemudahan yang diberikan jika kita ingin memulai berinvestasi saham. Kita tinggal mengisi form pembukaan account, mentransfer sejumlah dana, dan jadilah account kita. Terlebih lagi jika kita membuka account pada sekuritas yang menyediakan fasilitas online trading. Kita tidak perlu menelepon broker untuk melakukan suatu transaksi. Kita hanya membutuhkan koneksi internet dan dengan beberapa kali klik saham yang kita inginkan dapat kita miliki. Sangat mudah dan cepat.

Semakin lama sepertinya investasi saham itu memang menjadi seperti permainan. Sayangnya ada satu hal yang tidak berubah. Ketika kita mengklik tombol ‘Beli’, pada saat itu juga kita menukarkan sejumlah uang kita dengan saham dan kita harus bersiap-siap menghadapi naik turunnya harga. Pada titik tertentu, penurunan harga yang terjadi akan menyebabkan kerugian yang cukup lumayan. Dan seringkali hal tersebut tidak memerlukan waktu yang cukup lama, bisa saja dalam hitungan menit. Hmmm. Jika kita hanya asal saja ketika melakukan pembelian saham, tentu rasa penyesalan yang muncul akan semakin besar.

Seperti pada kasus pembelian rumah sebelumnya. Mungkin saja jumlah uang yang kita investasikan di saham sama besarnya dengan uang muka pembelian rumah. Pertanyaan lain tentu menyeruak. Dengan jumlah uang yang sama, logikanya kita harus melakukan analisa yang sama mendalamnya sebelum mengambil keputusan. Apakah kita telah melakukan hal tersebut ketika melakukan perdagangan saham?

Di belakang suatu saham ada perusahaan yang menjalankan bisnis yang tidak main-main. Banyak sekali orang yang terlibat dan dengan modal yang tidak kecil. Kesalahan dalam menjalankan bisnis dapat berakibat cukup fatal bagi kelangsungan usaha. Tentulah sangat logis jika kita memutuskan untuk berinvestasi pada suatu saham kita terlebih dahulu harus mengevaluasi kinerja bisnis di baliknya. Apakah perusahaan penerbit saham tersebut telah mengelola bisnisnya dengan baik. Tak ubahnya seperti toko kelontong yang banyak sekali kita temui di mana-mana, manajemen perusahaan harus mampu memanfaatkan modal yang diperoleh dari investor (kita) untuk menghasilkan keuntungan yang nantinya akan kembali pada investor dalam bentuk dividen.

Lah kok jadi susah? Bisa dibilang begitu mengingat jumlah uang yang kita tanamkan juga tidak sedikit. Bayangkan jika ada seorang teman mendatangi kita dan menawarkan bisnisnya. Apakah kita serta-merta langsung mengiyakan dan langsung mentransfer dana saat itu juga? Sepertinya tidak. Sayangnya, perilaku investor seringkali berbeda saat memutuskan untuk membeli saham. Hanya dengan mendengar rumor yang belum tentu benar, ada kemungkinan dengan secepat kilat saat itu juga kita melakukan pembelian. Ini adalah efek samping dari kemudahan transaksi saham yang berpotensi menyebabkan kerugian pada kita jika tidak berhati-hati.

Dengan analogi yang sama ketika kita akan membeli rumah idaman, keputusan kita untuk membeli saham yang didasari oleh pertimbangan yang masak, sewajarnya akan memberikan kita keuntungan yang memuaskan bagi kita di masa depan. Jika kita membeli saham yang perusahaan di baliknya bekerja keras untuk memberikan keuntungan bagi para investor, tidaklah mengherankan kita akan mendapatkan keuntungan.

Perusahaan yang dikelola dengan baik oleh manajemen yang tangguh akan selalu berusaha mencari solusi ketika kondisi ekonomi berubah menjadi kurang kondusif. Mereka akan selalu mencari peluang-peluang baru di tengah himpitan krisis seperti yang sedang terjadi di Eropa saat ini. Beruntunglah kita sebagai investor jika membeli saham dengan kualitas manajemen seperti itu. Dan mungkin, kurang pantaslah disebut sebagai keberuntungan semata jika kita mendapatkannya dengan bekerja keras menganalisa kondisi perusahaannya. 🙂

This entry was posted in Strategi Investasi and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Main Saham? Main? Jangan lah, ini serius

  1. taufiq says:

    Boleh dinukil ya, tar tak edit dikit

    Like

  2. davis says:

    Nice point of view, Sir! I’ll share it on my facebook.. a really useful thought for stock investors

    Like

Sampaikan komentar Anda