Membaca Laporan Keuangan Bag. 5: Marjin Laba Bruto (Gross Profit Margin)


Laba bruto (gross profit) adalah keuntungan yang didapatkan setelah mengurangkan penjualan/pendapatan dengan HPP. Marjin laba bruto (gross profit margin) didapatkan dengan cara membagi laba bruto dengan pendapatan/penjualan.

LK_MYOR_GPM


Pada prinsipnya, semakin besar marjin laba bruto semakin baik. Marjin laba bruto yang rendah biasanya mengindikasikan bahwa perusahaan berada di dalam industri yang ketat persaingannya. Perusahaan terpaksa membanting harga agar tetap bisa bertahan di dalam industri tersebut. Sebagai investor, apakah hal tersebut yang kita inginkan? Tentu saja tidak. Perusahaan yang memiliki moat lebar akan leluasa menaikkan harga tanpa kuatir kehilangan pelanggan sehingga marjin laba bruto tetap terjaga. Hal yang sebaliknya akan terjadi manakala suatu perusahaan tidak memiliki moat. Perusahaan mengalami kesulitan untuk menaikkan harga tanpa kehilangan pelanggan secara signifikan. Akibatnya, marjin laba kotor terus tergerus dari waktu ke waktu. Sebagai informasi, moat atau parit adalah istilah yang dilontarkan oleh Warren Buffett yang mengacu pada halangan bagi kompetitor untuk bersaing dengan perusahaan kita. Manakala terjadi perang tarif di suatu industri, kita bisa melihat bahwa marjin laba bruto akan tergerus. Perusahaan yang terlemah akan tersingkir karena kehabisan dana. Sementara itu, perusahaan lainnya tidak luput dari dampaknya karena akan mengalami penurunan dana yang seharusnya bisa dipergunakan untuk ekspansi.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa kata kuncinya selain marjin laba kotor yang tinggi, kita juga harus memastikan bahwa nilainya konsisten dari waktu ke waktu. Umumnya suatu bisnis dianggap cukup menguntungkan apabila memiliki marjin laba kotor minimal 30% yang konsisten dari tahun ke tahun. Walaupun begitu, angka tersebut bukanlah harga mati. Perusahaan distribusi akan sangat berbahagia jika mendapatkan marjin laba kotor setinggi itu karena mereka hanya mengambil selisih harga beli dan harga jual. Hal sebaliknya dialami oleh perusahaan jasa yang memiliki HPP sangat rendah atau bahkan tidak ada. Sangatlah tidak relevan apabila kita membandingkan HPP perusahaan jasa dengan perusahaan distribusi karena model bisnis mereka sangat berbeda.

Artikel sebelumnya:

This entry was posted in Investasi. Bookmark the permalink.

6 Responses to Membaca Laporan Keuangan Bag. 5: Marjin Laba Bruto (Gross Profit Margin)

  1. Luthfi says:

    Margin laba bruto yang besar mungkin bisa dilihat dari perspektif lain. Sebuah perusahaan yang beroperasi dengan margin laba bruto yang besar akan mengundang pemain-pemain baru untuk memasuki industri yang sama. CEO Amazon, Jeff Bezos pernah bilang : “Your margin is my opportunity.”

    Demikian juga sebaliknya, margin bruto yang kecil bisa berfungsi sebagai detterent/pencegah bagi pemain-pemain baru yang berniat masuk ke industri yang sama. Pemain baru dengan skala ekonomi yang masih kecil (volume penjualan sedikit) belum tentu bisa bertahan hidup jika beroperasi dengan margin laba bruto yang tipis, dalam jangka waktu yang lama.

    Jika suatu perusahaan beroperasi dengan margin laba bruto yang kecil, asalkan diimbangi dengan volume penjualan yang besar, pada akhirnya akan tetap bisa menghasilan margin laba bersih yang tinggi.

    Like

  2. parahita says:

    Ini masuk tataran analisis. Pada tulisan ini saya mencoba untuk memaparkan cara membacanya

    Like

  3. Pingback: Membaca Laporan Keuangan Bag. 6: Marjin Laba Bruto (Studi Kasus TELE) | Pojok Ide Investasi

  4. zonkeu says:

    makasih paparannya sangat bermanfaat dan mudah di fahami

    Like

  5. EVA NOVIANTY says:

    kak, kenapa gross profit margin tidak mempengaruhi struktur modal dalam sebuh perusahaan. thanks

    Like

  6. hidayat says:

    Thanks paparannya, mudah dipahami

    Liked by 1 person

Sampaikan komentar Anda